Mahasiswa Harus Jadi Punggawa AI, Bukan Penonton Disrupsi Teknologi


Jakarta, – LMPNews. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan komitmennya dalam mempercepat pencetakan talenta digital nasional. Dalam sebuah forum kebijakan teknologi, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menyampaikan pesan kuat kepada mahasiswa vokasi agar tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut menjadi punggawa dalam arus besar transformasi digital Indonesia, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (AI).

“Ini adalah momentum penting. Mahasiswa, terutama dari pendidikan vokasi, harus tampil sebagai penggerak utama perubahan, bukan sekadar pengguna teknologi,” ujar Meutya Hafid, dalam keterangannya.

Menurut Meutya, Indonesia membutuhkan setidaknya sembilan juta talenta digital hingga 2030. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan ekosistem yang kolaboratif antara kampus, industri, dan pemerintah. “Tidak cukup hanya menguasai teknologi. Talenta digital masa depan harus mampu memimpin transformasi,” katanya.

Kolaborasi Global, Investasi Besar

Langkah konkret pemerintah terlihat dari kemitraan strategis yang terus diperluas, termasuk dengan raksasa teknologi global Microsoft. Perusahaan asal Amerika Serikat itu baru saja mengumumkan investasi sebesar 1,7 miliar dolar AS (sekitar Rp27 triliun) di Indonesia. Investasi ini mencakup pembangunan infrastruktur AI dan pelatihan digital, dengan target mencetak lebih dari 800 ribu talenta siap pakai.

“Investasi ini bukan sekadar angka. Ini adalah bentuk kepercayaan dunia terhadap potensi digital Indonesia,” ujar Meutya.

Mahasiswa: Garda Terdepan Perubahan

Apresiasi terhadap arah kebijakan ini datang dari berbagai pihak, termasuk Komdigi Mabes Laskar Merah Putih (LMP),sebuah lembaga yang aktif mendorong literasi digital di kalangan muda. Wakil Ketua Umum Komdigi Mabes LMP, Masdjo Arifim, menegaskan bahwa mahasiswa harus menjadi pionir, bukan korban dari disrupsi teknologi.

“Ketika AI masuk, ketika disruption itu terjadi, mahasiswa harus menjadi pihak yang mengoperasikan, mengembangkan, dan memimpin pemanfaatannya. Jangan sampai kita hanya menjadi pasar,” tegas Masdjo.Minggu (29/6/2025).

Ia juga menekankan pentingnya peran aktif perguruan tinggi dalam mencetak talenta yang tidak hanya paham secara teknis, tetapi juga memiliki wawasan etis dan sosial dalam penerapan teknologi digital.

Membangun Ekosistem Talenta Digital

Kementerian Komdigi dalam beberapa tahun terakhir terus memperkuat strategi pembangunan SDM digital, mulai dari pelatihan tingkat dasar hingga pengembangan kurikulum AI di pendidikan tinggi. Kolaborasi dengan platform global, startup lokal, serta komunitas teknologi menjadi ujung tombak strategi ini.

“Ekosistem ini harus hidup dan terus bergerak. Kampus bukan menara gading, melainkan laboratorium masa depan bangsa,” kata Meutya.

Transformasi digital bukan sekadar slogan. Di tangan mahasiswa, AI dan teknologi digital berpotensi menjadi instrumen untuk menjawab tantangan bangsa. Tapi hanya jika mereka siap, dan memilih menjadi punggawa—bukan penonton.(**)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *